Tifus adalah penyakit yang terjadi karena infeksi bakteriSalmonella typhi. Umumnya, bakteri ini ditemukan dalam makanan atau minuman yang tidak terjaga kebersihannya. Bakteri penyebab penyakit tifus juga bisa ditemukan dalam makanan yang tidak diolah dengan benar atau makanan yang kurang matang dimasak.
Saat mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, bakteri masuk ke dalam tubuh dan mulai mengganggu pertahanan tubuh. Setelah itu, tubuh akan memberi respons dengan memproduksi antibodi, terutama untuk melawan bakteri penyebab penyakit ini. Selama itu, akan muncul gejala-gejala penyakit. Nah, untuk memastikan apakah gejala yang muncul merupakan tanda tifus atau bukan, dibutuhkan pemeriksaan untuk mendiagnosisnya.
Demam tifoid merupakan
penyakit sistemik yang menjadi masalah kesehatan dunia. Demam tifoid terjadi
baik di negara tropis maupun negara subtropis, terlebih pada negara berkembang.
Untuk menentukan diagnosis pasti dari penyakit ini diperlukan pemeriksaan uji
Widal. tifoid ditandai dengan panas berkepanjangan yang diikuti dengan
bakterimia dan invasi bakteri Salmonella sp. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui apakah diagnosa pada Suspek Demam tyfoid tepat dengan dilakukannya test serologi widal
Demam tifoid disebabkan
oleh infeksi bakteri Salmonella enterica, terutama serotype Salmonella typhi
(S. typhi) dan Salmonella paratyphi (S. paratyphi). Bakteri ini termasuk kuman
Gram negatif yang memiliki flagel, tidak berspora, motil, berbentuk batang,berkapsul
dan bersifat fakultatif anaerob dengan karakteristik antigen O, H dan Vi.Demam
merupakan keluhan dan gejala klinis yang timbul pada semua penderita demam
tifoid ini. Untuk menentukan diagnosis pasti dari penyakit ini diperlukan
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan adalah
pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan
kuman, uji serologis, dan pemeriksaan kuman secara molekuler (Rachman, 2011).
Pada uji Widal, akan
dilakukan pemeriksaan reaksi antara antibodi aglutinin dalam serum penderita
yang telah mengalami pengenceran berbeda- beda terhadap antigen somatik (O) dan
flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi
aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan
titer antibodi dalam serum
PENYEBAB
Penyebab dari demam
typhoid adalah salmonella typhi, termasuk dalam genus salmonella yang tergolong
dalam famili enterobacteriaceae. Salmonela bersifat bergerak, berbentuk batang,
tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram (-).Tahan terhadap berbagai bahan
kimia, tahan beberapa hari/ minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan
kering, bahan farmasi dan tinja. Salmonela mati pada suhu 54.4o C dalam 1 jam,
atau 60o C dalam 15 menit. Salmonela mempunyai antigen O (stomatik), adalah
komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan anti gen
H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga pada
S. Dublin dan S. hirschfeldii terdapat anti gen Vi yaitu polisakarida kapsul
(Isnaeni, 2016).
Penyebab penyakit
demamtyphoid adalah jenis salmonella thyposha, kuman ini memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Hasil gram negatif
yang bergerarak dengan bulu getar dan tidak berspora.
2. yang terdiri atas
zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen Vi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoriun pasien, biasanya terdapat zat anti
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
Gejala
Klinis
Salmonella yang
tertelan akan mencapai usus halus, dari usus halus Salmonella memasuki saluran
limfatik dan kemudian masuk ke aliran darah. Salmonella dibawa ke berbagai
organ oleh darah, salah satunya usus. Organisme tersebut memperbanyak diri di
jaringan limfoid usus dan diekskresikan dalam feces (Jawetz,2014).
Pada minggu pertama
gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit
infeksi akut lain yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,
mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat
demam adalah meningkat perlahan – lahan terutama pada sore hari hingga malam
hari.
Masa inkubasi demam
typhoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejalagejala klinis yang timbul sangat
bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran
penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian. Selama inkubasi
ditemukan gejala prodromal
( gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang
tidak khas ) yaitu:
1. Perasaan tidak enak
badan
2. Nyeri kepala
3. Pusing
4. Diare
5. Anoreksia
6. Batuk
7. Nyeri otot
8. Muncul gejala klinis
yang lain (Isnaeni,2016).
Gejala khas Demam
tifoid yakni :
Minggu Pertama (awal
terinfeksi), setelah melewati masa inkubasi 10-14
hari, gejala penyakit
itu pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam
tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi 39oc hingga 40oc, sakit kepala, pusing,
pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali
permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis
kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare dan sembelit silih
berganti. Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada
penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau
tremor. Epistaksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa
kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan
menemukan demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada
penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari
ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata,
bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan
sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu
berupa makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada
kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila
ditekan. Pada infeksi yang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai.
Limpa menjadi teraba dan abdomen mengalami distensi (Inawati,2011).
Minggu Kedua. Jika pada
minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang
biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari.
Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan
tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari
berlangsung. Terjadiperlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat
bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat
dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang
ditandai dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran
umumnya terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat
sedangkan tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang
kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan
limpa. Perut kembung dan sering berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk terus
menerus, mulai kacau jika berkomunikasi dan lain- lain (Inawati,2011).
Minggu Ketiga. Suhu
tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu jika
terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik,
gejalagejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian
justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk
terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin
memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda- tanda khas berupa
delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan
inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi, juga tekanan abdomen
sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami
kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal
maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan
keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba
denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik
merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tyfoid pada minggu ketiga
PRINSIP
UJI
Typhoid IgG/IgM Combo
Rapid Test adalah immunoassay aliran kromatografi lateral. Tes kaset terdiri
dari: 1) Pad konjugat warna merah anggur yang mengandung antigen H rekombinan
dan O terkonjugasi dengan emas koloid (HO konjugat) dan konjugat IgG-emas
kelinci, 2) strip membran nitroselulosa yang mengandung dua garis tes (G dan M
) dan garis kontrol (C line). Garis M pra-dilapisi dengan monoklonal IgM
anti-manusia untuk mendeteksi IgM anti-S. typhi dan paratyphi, garis G
pra-dilapisi dengan reagen untuk deteksi IgG anti-S. typhi dan paratyphi, dan
garis C adalah pra-dilapisi dengan anti-kelinci IgG kambing.
Jenis penelitian ini
merupakan penelitian analitik deskriptif dengan desain penelitian cross
sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling. Consecutive sampling
adalah pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang telah memenuhi kriteria
penilaian.
Sampel dalam penelitian
ini adalah serum pasien demam tifoid widal (+) O/H titer 1/160 sebanyak 25
sampel yang diambil secara purposive. Setiap sampel widal positif O/H titer
1/160 akan diperiksa menggunakan Rapid test IgM/IgG dan akan dilihat
terbentuknya berdasarkan lama demam.
PROSEDUR PEMERIKSAAN :
1.
Bawa spesimen dan komponen tes untuk
suhu kamar jika didinginkan atau dibekukan. Setelah spesimen dicairkan, aduk
rata sebelum melakukan uji.
2.
Bila sudah siap untuk menguji, buka kantong
pada ujungnya dan keluarkan
2.perangkat.
Tempatkan perangkat tes pada permukaan yang bersih dan datar.
3.
Beri label pada perangkat dengan nomor ID
spesimen.
4.
Isi pipet plastik dengan spesimen.
Pegang pipet vertikal, keluarkan 1 tetes (sekitar 30-45 uL) serum / plasma atau
1 tetes darah (sekitar 40-50 uL) ke dalam sampel dengan memastikan bahwa tidak
ada gelembung udara.Segera tambahkan 1 tetes (sekitar 35-50 uL) Pengencer ke
wadah sampel.
5.
Mengatur timer.
6.
Hasil dapat dibaca dalam 15 menit. Hasil
positif dapat terlihat dalam sesingkat 1 menit.
6.
HASIL NEGATIF:
Jika hanya garis C terliat, tidak adanya warna merah anggur di kedua garis tes
(M dan G) menunjukkan bahwa tidak ada anti-S. typhi atau paratyphi antibodi
terdeteksi. Hasilnya adalah negatif.
HASIL POSITIF:
Selain kehadiran
garis C, jika ada garis M terlihat, tes menunjukkan adanya anti S. typhi atau
paratyphi IgM. Hasilnya adalah reaktif.
Selain kehadiran
garis C, jika ada garis G terlihat, tes menunjukkan adanya anti S. typhi atau
paratyphi IgG. Hasilnya adalah reaktif.
Selain kehadiran
garis C, jika kedua garis M dan G terlihat, tes menunjukkan adanya anti-S.
typhi atau paratyphi IgG dan IgM. hasilnya juga reaktif.
Sampel
dengan hasil reaktif harus dikonfirmasi dengan metode alternatif pengujian (s)
dan temuan klinis sebelum penentuan diagnostik dibuat.
INVALID:Jika
tidak ada garis C terlihat, assay tidak valid terlepas dari warna merah anggur
di garis uji seperti yang ditunjukkan di bawah ini. Ulangi assay dengan
perangkat baru.
Nilai Normal Widal :
Tes Widal dinyatakan
positif jika titer antibodi O atau H naik hingga empat kali lipat. Misalnya,
dari 1/80 menjadi 1/320. . Tes ini dapat diulang 5-7 hari setelah tes pertama,
hasil semakin akurat jika kenaikan titer empat kali lipat dari tes pertama.
PEMBAHASAN :
Pemeriksaan widal
mengukur kadar antibodi terhadap antigen O dan H S. typhi. Hasil pemeriksaan
widal positif palsu dapat terjadi karena terdapat reaksi silang dengan
non-typhoidal, Salmonella, dan enterobacteriaceae, riwayat imunisasi tifoid,
dan preparat antigen komersial yang bervariasi serta standardisasi yang kurang
baik (Hadionegoro et al., 2012).
Uji widal telah
digunakan untuk diagnosis penyakit demam tifoid dalam waktu yang lama sebagai
pemeriksaan serologis meskipun mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang
rendah (Yadav, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Balakrishna et
al., (2013), pemeriksaan widal memiliki sensitivitas 53% dan spesifitas 83%.
Peran pemeriksaan Widal (untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen Salmonella
typhi) masih kontroversial. Pemeriksaan dengan sensitivitas dan spesifitas yang
lebih tinggi dari uji widal diperlukan untuk diagnosis cepat pada kasus demam
tifoid (Yadav, 2015).
Penelitian ini
menggunakan metode lain selain pemeriksaan widal yaitu metode dipstik IgM/IgG
yang akan dilihat berdasarkan lamanya pasien demam. Dipstik IgM/IgG dapat
mendeteksi adanya IgM dan IgG yang terdapat pada serum pasien. Pemeriksaan
rapid IgM/IgG akan mendapatkan hasil positif 2-3 hari setelah demam dan dapat
mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgM dan IgG terhadap antigen S. typhi
(Hayat, 2011). Pemeriksaan ini menggunakan anti-human pada test line (IgM dan
IgG) dan goat anti-rabbit pada control line. Hasil positif IgM ditunjukkan
dengan adanya garis merah pada kolom IgM.
, IgG, dan C (control).
Hasil negatif ditunjukkan dengan adanya garis merah pada kolom C (control)
tanpa garis pada kolom IgM dan IgG. Garis kontrol harus terlihat, karena jika
hasil yang keluar tanpa adanya garis pada kolom C maka hasil tersebut invalid.
Pemeriksaan demam
tifoid harus memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik, serta metode
diagnosis cepat dan tepat dan perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien yang
dicurigai mengalami demam tifoid sehingga pasien segera mendapatkan penanganan
yang tepat. Tes dipstik Salmonella adalah tes yang dapat dipercaya untuk
mendeteksi antibodi spesifik terhadap antigen lipopolisakarida (LPS) dari S.
typhi dan S. paratyphi, yang didasarkan atas ikatan antara antibodi spesifik S.
typhi dengan LPS (Sabir et al., 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Mallikarjun (2018), tes widal untuk diagnosis demam tifoid dari 794 sampel
menunjukkan angka sensitivitas 36,09%, spesifitas 58,53%, PPV (Positive
Predictive Value) sebesar (34,82%) dan NPV (Negative Predictive Value) sebesar
(59,87%), sedangkan pada tes dipstik IgM menunjukkan angka sensitivitas 93,04%,
spesifitas 80,08%, PPV sebesar (74,14%) dan NPV (94,93%). Hasil penelitian dari
25 sampel widal positif O/H pada titer 1/160 yaitu 9 sampel positif (5 sampel
positif IgM dan 4 sampel positif IgM/IgG) dan 16 sampel positif. Dari berbagai
penelitian menunjukkan bahwa Rapid test memiliki angka sensitivitas dan
spesifitas yang lebih tinggi dibangingkan widal. Hasil positif IgM lebih cepat
muncul pada widal O (demam 3 hari) dibandingkan pada widal H (demam 4 hari),
akan tetapi ketika hasil menunjukkan positif IgG pada widal O dan H sama-sama
ditunjukkan pada demam hari ke-6. Pada umumnya antibodi O meningkat di hari ke
6- 8 dan antibodi H hari ke 10-12 sejak awal
TINJAUAN PUSTAKA
1. Jurnal
Kedokteran Universitas Lampung
Pemeriksaan serologis Metode Dot Enzym
Immunoassay (pemeriksaan typhydot) yang didasarkan pada deteksi antibody
spesifik IgM maupun IgG Salmonella typhi.
2. Repository
Universitas Muhammadiyah Semarang
3. Indonesian
Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory
Komentar
Posting Komentar