Indikasi Adanya Penyakit Yang Ditandai Dengan Tidak Normalnya Urin

 1. Proteinuria

Normalnya pada setiap manusia yang sehat, kurang lebih sekitar 150 mg protein dikeluarkan ke dalam urin setiap harinya. Jika terdapat lebih dari 150 mg per hari maka disebut sebagai proteinuria, kadar normal yang diukur dalam protein urin sewaktu yaitu <10 mg/dL.Proteinuria biasanya menandakan penyakit ginjal atau nefritis, tetapi proteinuria terkadang dapat ditemukan dalam urin setelah olahraga atau aktivitas fisik, tetapi keaadan ini tidak berbahaya, bersifat sementara dan reversibel. 4 Selain itu keadaan yang sering dapat menimbulkan proteinuria, yaitu dehidrasi, stress emosional, demam, luka bakar, proses inflamasi, penyakit akut dan perubahan posisi dari tidur menjadi posisi berdiri.

Proteinuria pada anak dapat memberikan dampak yang buruk pada anak seperti hipoalbuminemia, edema, hiperlipidemia, gangguan keseimbangan nitrogen, hiperkoagulabilitas, gangguan metabolisme kalsium dan tulang, infeksi, malnutrisi, dan peningkatan efek toksik obat.

2. Glukosuria


Glukosa secara normal disaring oleh glomerulus, tetapi hampir sepenuhnya diserap kembali oleh tubulus proksimal. Glukosuria tejadi karena kadar glukosa plasma melebihi kemampuan tubulus proksimal ginjal untuk menyerap kembali. Glukosuria dapat disebabkan oleh kadar glukosa darah melebihi kemampuan tubulus ginjal untuk melakukan reabsorpsi, seperti pada penyakit diabetes melitus dan hiperadrenocorticism; atau oleh faktor ginjal, seperti pada penyakit tubulus ginjal, glukosuria ginjal primer, dan sindrom Fanconi. 

Glukosuria adalah kondisi dimana glukosa ditemukan dalam urin (biasanya saat glukosa serum >180mg/dL). Ekskresi glukosa dalam urin terjadi bila kadar glukosa dalam darah meningkat dan tidak dapat direabsorpsi.

Diagnosis Diabetes Melitus yang paling dasar yaitu dengan ditemukannya hiperglikemia. Konfirmasi gejala hiperglikemia terjadi dengan ditemukannya glukosuria dan kadar gula darah puasa (GDP) di atas 200 mg/dL.

3. Ketogenesis


Keton merupakan produk dari pemecahan asam lemak. Keberadaan keton dalam urin menandakan bahwa tubuh menggunakan lemak sebagai energi. Pada saat tubuh mengalami kelaparan dimana jumlah karbohidrat tidak mencukupi sebagai energi, asam lemak akan diubah menjadi badan keton yang kemudian beredar dalam darah, proses pembentukan keton disebut sebagai ketogenesis. Suatu keadaan dimana jumlah keton yang diproduksi melebihi jumlah normal disebut sebagai ketosis, yang kemudian dapat ditemukan dalam darah yang dikenal sebagai ketonemia atau dalam urin sebagai ketonuria. 

Keberadaan keton dalam urine tidaklah normal. Karena keton bersifat asam, tubuh akan menghasilkan basa sebagai buffer untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh. Bila tubuh terus-menerus menggunakan keton sebagai energi, suatu saat cadangan basa tubuh akan habis dan hal ini akan menimbulkan keadaan darurat yaitu ketoasidosis yang dapat mengancam nyawa.

Keadaan seperti ketoasidosis diabetik, kelaparan, hamil, ketoasidosis alkoholik, diet tinggi protein rendah karbohidrat, muntah, diare, dan hipoglikemi merupakan keadaan-keadaan yang dapat memicu produksi keton dalam tubuh.

Pada pasien dengan tuberkulosis ditemukan gangguan nutrisi mulai dari ringan hingga berat. Infeksi tuberkulosis menyebabkan penurunan nafsu makan pada seseorang yang mengakibatkan hati memproduksi keton yang digunakan sebagai sumber energi. 

4. Urobilin


Pada kondisi normal, urine tidak mengandung bilirubin. Adanya bilirubin dalam urine dalam urine mengidentifikasikan adanya kerusakan sel hati atau adanya sumbatan pada saluran empedu.peningkatan urobilin dalam urine menggambarkan adanya kerusakan sel hati atau perombakan hemoglobin yang meningkat. Sedangkan ketika terjadi endapan pada saluran empedu, urobilin tidak dijumpai dalam urine. Untuk menunjukkan peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang dapat mengakibatkan perubahan warna pada kulit dan bagian mata menjadi kuning (jaundice).

5. Urobilinogen 


Ketika pernah ada kerusakan hati, kelebihan itu akan dibuang keluar melalui ginjal. Ini siklus ini dikenal sebagai Urobilinogen enterohepatik siklus. Ada dapat berbagai faktor yang dapat menghambat ini siklus. Salah satu alasan menjadi gangguan lebih dari hemoglobin (hemolisis) karena malfungsi hati berbagai seperti hepatitis, sirosis. Ketika ini terjadi, Urobilinogen lebih diproduksi dan diekskresikan dalam urin. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit.  Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.

6. Sedimen urin


Eritrosit dan lekosit di dalam sedimen urin. Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria, yang dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan flour lobus 

Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin. Keadaan patologik jumlah epitel dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih.

Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih. Banyak terdapatnya kristal tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin.


Referensi :

Gandasoebrata. 2007. Penuntun Laboratorium. Dian Rakyat : Jakarta.

Girsang, W. F. C., Rambert, G. I dan Wowor, M. 2016. Gambaran glukosa urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm). 4 (2) : 1-5

Jumaydha, L. N., Assa, Y. A dan Mewo, Y. M. 2016. Gambaran kadar protein dalam urin pada pekerja bangunan. Jurnal e-Biomedik (eBm). 4 (2) : 1-5.

Tjiptaningrum, A dan Hartanto, B. A. 2016. Dampak Proteinuria pada Anak. Majority. 5 (2) : 22-26.

Welliangan, M., Wowor, M. F dan Mongan, A. E. 2019. Gambaran Kadar Glukosa Urin pada Primigravida dengan Orang Tua Penyandang Diabetes Melitus di Kota Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm). 7 (1) : 20-24.

Wibowo, H. S. B., Rambert, G. I dan Wowor, M. F. 2016. Gambaran keton urin pada pasien dewasa dengan tuberkulosis paru di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm). 4 (2) : 1-7.

Komentar