ANALISIS DAMPAK FAKTOR RISIKO PENYAKIT CHIKUNGUNYA
DI KABUPATEN BANYUMAS
Chikungunya dikenal
juga demam tulang
atau flu tulang merupakan salah satu re-emerging diseases
atau penyakit lama yang dapat merebak kembali di Indonesia, disebabkan oleh kelompok virus Chikungunya
(CHIKV). Penyakit ini ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus, penularannya
melalui penderita satu ke penderita lain dan menyerang semua kelompok umur.
Serta bersifat self limiting disease
(dapat sembuh sendiri).
Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
Nyamuk jantan Aedes aegypti memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan
dengan betina. Memiliki
ciri-ciri tubuh berwarna hitam kecoklatan, serta tungkainya ditutupi sisik dengan
garis putih. Bagian dorsal nampak dua garis melengkung, kanan-kiri. Nyamuk
betina meiliki rambut tebal pada bagian antena. Sedangkan
nyamuk Aedes albopictus memiliki ukuran tubuh lebih besar dari Aedes aegyti, berwarna hitam dengan loreng putih di tubuh dan kaki/ tungkainya.
Habitat dan kebiasaan nyamuk :
1. Habitat nyamuk di tempat yang lembab, gelap di
dalam rumah (A.aegypti) dekat perundukan telur. Habitat hidup di
luar rumah yaitu di kebun-kebun atau hutan dan pinggir hutan (A.
albopictus).
2. Stadium telur, larva, pupa berada di dalam air
yang jernih atau sedikit keruh dan tidak langsung terkena sinar matahari.
3. Menggit berulang secara bersamaan pada satu waktu.
4. Bersifat antropofilik diurnal aktif
pada pagi dan siang hari.
Gejala Klinis Chikungunya
Pada umumnya penderita chikungunya mengalami beberapa
gejala, seperti :
•
Demam (>38,5 C)
•
Sakit kepala
•
Kejang-kejang
•
Mual dan Muntah
•
Ruam Merah pada Kulit
•
Pembengkakan
•
Nyeri Persendian
•
Nyeri Otot
Gejala di atas biasanya timbul 3-7 hari
setelah seseorang digigit nyamuk pembawa virus. Pada umumnya, penderita akan
membaik dalam seminggu. Namun, pada
sebagian penderita, nyeri sendi dapat berlangsung hingga berbulan-bulan.
Walaupun tidak sampai menyebabkan kematian, gejala Chikungunya yang parah dapat menyebabkan kelumpuhan sementara.
Penyebaran Chikungunya
a.
Terjangkitnya penyakit Chikungunya erat kaitannya dengan
migrasi dan musim.
b. Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus
Chikungunya membutuhkan interaksi antara vektor, inang dan lingkungan.
c.
Faktor-faktor risiko yang meningkatkan kejadian penyakit
Chikunguya.
Faktor Resiko Penyakit Chikungunya
1. Status Keberadaan Jentik
Keberadaan jentik Aedes aegypti merupakan
indikator keberadaan awal mula munculnya vektor penular Chikungunya. Sehingga keberadaan jentik vektor di dalam rumah dapat menjadi
faktor risiko kejadian Chikungunya. Beberapa
tempat yang menjadi faktor adanya keberadaan jentik, yaitu tempat minum hewan piaraan, barang-barang
bekas, vas bunga, tempat penampungan air dispenser, dan pot tanaman.
2. Status Keberadaan Nyamuk
Keberadaan nyamuk Aedes aegypti di
dalam rumah merupakan salah satu penanda adanya vektor penular chikungunya.
Misalnya : Keberadaan nyamuk pada pakaian bekas pakai didalam kamar tidur
3. Perilaku
Dimensi perilaku ini terdiri dari
a. Kebiasaan menguras bak mandi
Bak mandi merupakan salah satu tempat
perindukan nyamuk vektor penyakit Chikungunya. Kebiasaan menguras bak mandi
dapat memotong rantai perindukan vektor nyamuk.
b. Kebiasaan menggantung pakaian bekas pakai
c. Kebiasaan tidur siang berisiko
4. Lingkungan Rumah
a. Keberadaan semak-semak di sekitar rumah.
b. Pencahayaan
Menurut
Persyaratan Kesehatan Perumahan bahwa
pencahayaan alam atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.
c. Kelembaban
Kelembaban sangat berpengaruh terhadap umur
nyamuk, meskipun tidak berpengaruh terhadap parasit. Kelembaban dapat
mempengaruhi aktivitas dan kemampuan bertahan nyamuk aedes. Bila kelembaban
udara kurang dari 60% maka kehidupan nyamuk dapat akan menjadi lebih pendek
(kurang dari 2 minggu).
d. Suhu
Kelembaban dapat berpengaruh terhadap Panjang
pendeknya nyamuk, dimana makin tinggi suatu tempat dari permukaan air laut suhu
udaranya akan menjadi rendah.
Infeksi Chikungunya dapat dikonfirmasi melalui
pemeriksaan penunjang, seperti :
a.
Tes serologis
Metode ini menggunakan pemeriksaan enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA) untuk melihat antibodi IgM atau IgG terhadap
virus Chikungunya. Hasil pemeriksaan akan positif apabila diperiksa pada hari ke
5-7 setelah infeksi.
b. Kultur virus
Virus Chikungunya dapat di kultur sejak 3 hari
setelah infeksi.
c.
Diagnosis molekuler
Metode ini digunakan untuk mendeteksi RNA
virus chikungunya dari darah menggunakan reverse transcriptase-polymerase
chain reaction (RT-PCR).
Pengobatan Chikungunya
Tidak ada pengobatan anti-virus spesifik pada penyakit
chikungunya. Sebagian besar pasien membaik dengan sendirinya dan dapat pulih
sepenuhnya (self limiting disease) dan pengobatannya hanya bersifat
simtomatis seperti obat penghilang rasa
sakit atau demam, seperti :
• Paracetamol
• Pemberian chloroquin sebagai antiviral
• Aspirin
• Ibuprofen
• Golongan NSAID (Non Steroid Anti
Inflammatory Drugs
Faktor Pencegahan Chikungunya
1. Rajin olahraga
Rutin melakukan aktivitas fisik dapat meningkatlan sistem
kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh meningkat seiring meningkatnya jumlah
sel darah putih untuk melawan segala bentuk penyakit.
2. Mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi
Tidak ada makanan pantangan khusus untuk
penderita penyakit chikungunya. Namun, dianjurkan dengan memakan makanan yang
bergizi, karbohidrat yang cukup terutama protein serta minum air putih secara rutin untuk pencegahan dari
penyakit chikungunya.
3. Melaksanakan gerakan PSN-3Mplus
3M yang dimaksud yaitu :
a. Menguras penampungan air seperti bak mandi,
ember, penampungan air minum, vas bunga dan lain sebagainya
b. Menutup rapat tempat-tempat penampungan air
seperti drum, kendi, toren air dan lain sebagainya.
c. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang
bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangan nyamuk
Plus yang dimaksud yaitu :
a.
Menaburkan bubuk larvasida (abate) pada tempat
penampungan air.
b. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk.
c.
Menggunakan kelambu saat tidur.
d. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk.
e.
Menanam tanaman pengusir nyamuk.
f.
Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah.
g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian
bekas pakai.
Komentar
Posting Komentar