TUBERKULOSIS (TB)

Tuberkulosis (TB)


    Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi dan berpotensi serius terutama pada organ paru-paru. Penyakit ini menjadi 1 dari 10 penyebab kematian dan penyebab utama agen infeksius. 

    Infeksi penyakit tuberkulosis mulai meningkat pada tahun 1985, sebagian karena munculnya HIV, virus penyebab AIDS. HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang sehingga penderitanya tidak dapat melawan kuman TBC.  

Gejala

    Gejala TBC biasanya batuk, nafsu makan menghilang, demam dan keringat dingin pada malam hari, batuk berdarah, kurang berenergi, rasa nyeri di dana, dan batuk berdahak dengan waktu yang berlangsung cukup lama yakni sekitar 21 hari.

    Penyakit TBC ini mudah menyerang apabila sistem kekebalan tubuh sedang menurun. Sehingga jika jika sistem kekebalan tubuh Anda baik-baik saja dan dalam kondisi prima, jangan khawatir akan penyakit TBC ini.

    Akan tetapi, tak jarang sistem kekebalan tubuh ini gagal melawan dan melindungi dari serangan TBC karena sistem kekebalan tubuh seringkali juga berfluktuatif dengan cepat karena berbagai faktor. Dan biasanya, meski sudah diberantas oleh sistem kekebalan tubuh, basil ini juga bisa saja tetap aktif. Nah, kondisi inilah yang disebut TBC laten.

    Sementara itu, bila basil TBC ini berkembang hingga menyebabkan kerusakan jaringan paru-paru, maka selanjutnya akan menimbulkan kondisi yang disebut dengan tuberculosis aktif.

Penyebab

    Penyakit TBC ini menyerang paru-paru, yang disebabkan oleh basil Mycrobacterium Tuberculosis. Penyakit TBC memang tidak mudah dikenali pada stadium awal. Sebab gejalanya memang mirip dengan batuk pada umumnya. Sesaat setelah tertular, gejala-gejala yang muncul terlihat biasa saja seperti orang terkena flu.

Cara Menangani dan Mengobati

    Pengobatan tuberkulosis (TBC) adalah dengan patuh minum obat selama jangka waktu yang dianjurkan oleh dokter. Jika pasien berhenti minum obat sebelum waktu yang disarankan, bakteri TBC berpotensi kebal terhadap obat yang biasa diberikan. Akibatnya, TBC menjadi lebih berbahaya dan akan lebih sulit diobati.

    Obat yang diminum merupakan kombinasi dari dua atau empat obat berikut:

1. Isoniazid

2. Rifampicin

3. Pyrazinamide

4. Ethambutol

    Obat tersebut harus diminum secara rutin selama 6–9 bulan. Sama seperti obat-obat lain, obat TBC juga memiliki efek samping, antara lain:

1. Warna urine menjadi kemerahan

2. Penurunan efektivitas pil KB, KB suntik, atau susuk

3. Gangguan penglihatan

4. Gangguan saraf

5. Gangguan fungsi hati

    Untuk menghindari efek samping di atas, dokter akan menyesuaikan jenis dan dosis obat dengan organ yang terinfeksi. Dokter juga akan menyesuaikan pemberian obat dengan usia dan kondisi pasien, terutama pasien anak dan ibu hamil.

    Pada penderita yang sudah kebal dengan kombinasi obat di atas, dokter akan memberikan kombinasi obat yang lebih banyak dan lebih lama. Lama pengobatan dapat mencapai 20–30 bulan.

    Oleh karena itu, kepatuhan pasien dalam pengobatan sangat diperlukan. Hal ini untuk menghindari risiko gagal pengobatan, jangka pengobatan lebih lama, atau kebal obat.

    Selama masa pengobatan, pasien juga harus menjalani pemeriksaan rutin untuk memantau keberhasilan pengobatan.


Sumber :

Imtinan, Luthfiyah. 2019. Gambaran Indeks Eritrosit Pada Penderita Tuberkulosis Paru Yang Mengkonsumsi Obat Lebih Dari Enak Bulan Di Rumah Sakit Khusus Paru Medan.

Pralambang, Sesar Dayu, and Sona Setiawan. 2021. “Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis Di Indonesia.” Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan 2(1): 60.

Rohmah, S, Azar Yoga Wicaksana, and others. 2015. “Upaya Keluarga Untuk Mencegah Penularan Dalam Perawatan Anggota Keluarga Dengan TB Paru.” Jurnal Keperawatan 6(2): 108–16.

Syakbania, D. N., and A. S. Wahyuningsih. 2020. “Higeia Journal of Public Health.” Higeia Journal of Public Health Research and Development 1(3): 84–94.

Komentar