GASTRITIS

 GASTRITIS


          Grastritis atau lebih sering disebut dengan penyakit maag adalah penyakit yang dapat mengganggu aktifitas dan bisa berakibat fatal apabila tidak ditangani dengan baik .Orang yangsering mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang produksi asam lambung dan memiliki pola makan yang tidak teratur biasanya dapat terkena penyakit gastritis. Gastritis juga dapat disebabkan oleh beberapa infeksi mikroorganisme. salah satu gejala terjadinya gastritis adalah nyeri pada ulu hati,selain itu juga bisa terjadi mual, muntah, lemas, nafsu makan menurun, wajah pucat, keluar keringat dingin, sering bersendawa dan pada kondisi yang parah bisa muntah darah.

          Gastritis ialah proses inflamasi pada mukosa atau submukosa lambung pada gangguan kesehatan yang disebabkan karena faktor iritasi dan infeksi. Secara histopatologi bisa dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang di daerah tersebut (Hirlan, 2009).

          Penyakit gastritis atau maag ialah penyakit yang sangat kita kenal dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya penyakit ini ditandai dengan nyeri ulu hati, mual, muntah, cepat kenyang, nyeri perut serta lain sebagainya (Wijoyo, 2009).

Gejala dan tanda Secara umum, gejala gastritis atau maag diantaranya: nyeri pada saluran pencernaan sampai tidak nyaman terutama bagian atas, mual, muntah, nyeri ulu hati, lambung terasa penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan dan sering kentut serta timbulnya luka di dinding lambung. Gejala ini dapat menjadi akut, kronis serta berulang. Disebut kronis jika gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus- menerus dan gastritis ini bisa ditangani sejak awal yaitu dengan mengonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti mengonsumsi makanan asam dan pedas, berhenti merokok serta minuman beralkohol dan jika memang diperlukan bisa minum antasida sekitar setengah jam sebelum makan atau sewaktu makan (Misnadiarly, 2009).

Klarifikasi Gastritis:

 Gastritis Akut

Gastritis akut ialah suatu inflamasi yang bersifat akut pada mukosa lambung dan umumnya terjadi dalam waktu yang tidak lama. Kondisi ini paling sering berkaitan dalam penggunaan obat-obat anti inflamasi nonsteroid (khususnya aspirin) dalam waktu yang lama serta dosis yang tinggi, berlebihan mengonsumsi alkohol dan perokok berat. Gastritis akut juga disebabkan karena stress berat (luka bakar dan pembedahan), iskemia dan syok. Seperti halnya kemoterapi, uremia, infeksi sistemik, tertelan zat asam atau alkali, iradiasi lambung, trauma mekanik, dan gastrektomi distal.

Gastritis Kronis

Gastritis kronis diartikan suatu keadaan terjadi perubahan inflamatorik yang kronis di mukosa lambung sehingga menimbulkan atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Sehingga keadaan ini menjadi latar belakang terjadinya dysplasia karsinoma.

          Patofisiologi Mukosa lambung (gastriti erosif) bisa rusak karena obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya. Mukosa lambung sangat berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Apabila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa, dan HCl akan merusak mukosa. Mukosa lambung dapat menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin karena kehadiran HC1. Pelepasan histamin dari sel mast dapat terangsang dari pepsin. Histamin dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema serta kerusakan kapiler sehingga pada lambung timbul perdarahan. Gangguan tersebut hilang dengan sendirinya apabila lambung melakukan regenerasi mukosa. Tetapi inflamasi akan terjadi terus menerus apabila lambung sering terpapar zat iritan. Lapisan mukosa lambung akan hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung apabila jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin. Faktor intrinsik yang dihasilkan sel mukosa lambung dapat menurun atau hilang, sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap di usus halus. Sementara dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah vitamin B12 ini berperan penting. Hingga akhirnya akan terjadi anemia pada klien gastritis. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung serta pendarahan (Suratun dan Lusiana, 2010).

Pengobatan  untuk gastritis meliputi :

Antikoagulan: pada lambung bila mengalami perdarahan.

Antasida: untuk gastritis yang parah, untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda cairan dan elektrolit diberikan lewat intravena, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida serta istirahat.

 Histonin: untuk menghambat pembentukan asam lambung serta untuk menurunkan iritasi lambung dapat diberikan ranitidin.

Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam serta pepsin yang menyebabkan iritasi

Pembedahan: untuk mengangkat gangreen dan perforasi, Gastrojejunuskopi atau reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus












Referensi 

Hirlan, (2009). Gastritis, dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K.M., Setiati, S., editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, edisi V, Hal 509-512, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-UI, Jakarta.

Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia Atau Maag). Jakarta : Pustaka Populer.

Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.

Wijoyo, P. M. 2009. 15 Ramuan Penyembuh Maag. Jakarta : Bee Media Indonesia.

Komentar